You are currently viewing Tim Dosen dan Mahasiswa ITERA Inisiasi Pengembangan “Rumpon Pintar” untuk Meningkatkan Produksi Tangkapan Ikan dan Wisata Lumba-Lumba di Teluk Kiluan, Lampung

Tim Dosen dan Mahasiswa ITERA Inisiasi Pengembangan “Rumpon Pintar” untuk Meningkatkan Produksi Tangkapan Ikan dan Wisata Lumba-Lumba di Teluk Kiluan, Lampung

SLL ITERA NEWS – Sebagai salah satu desa yang menjadi destinasi wisata unggulan di Provinsi Lampung, Desa Kiluan Negeri, Kabupaten Tanggamus memiliki daya tarik tersendiri yaitu adanya wisata atraksi lumba-lumba di Teluk Kiluan. Banyak wisatawan yang ingin melihat dan mempelajari tingkah laku lumba-lumba secara liar di alamnya bisa datang langsung Desa Kiluan Negeri.

Teluk Kiluan

Dalam kurun waktu terakhir wisata unggulan di Desa Kiluan Negeri mengalami dampak akibat pandemi Covid-19. Selain kegiatan wisata, kegiatan masyarakat yang berbasis mengandalkan hasil laut juga ikut terdampak. Salah satunya adalah menurunnya produktifitas tangkapan ikan. Sulitnya di prediksi keberadaan ikan menambah beban nelayan perikanan tangkap di Desa Kiluan Negeri. Dosen Program Studi Sains Lingkungan Kelautan yang dimotori oleh Dr. Meezan Ardhanu Asagabaldan, M.Si Bersama tim dosen dan tim mahasiswa mencoba menawarkan solusi untuk meningkatkan daya tarik wisata lumba-lumba sekaligus dengan meningkatkan produktifitas tangkapan ikan untuk nelayan di Desa Kiluan Negeri.

“Kami melihat ada peluang untuk mengembangkan sebuah perangkat teknologi untuk memancing kedatangan ikan yang menjadi target tangkapan nelayan sekaligus juga nanti dapat memancing lumba-lumba untuk datang ke sekitar Teluk Kiluan karena banyak ikan kecil yang menjadi sumber makanan mereka, sehingga nanti bisa dimanfaatkan untuk wisata lumba-lumba.” Ujar Dr. Meezan.

Dr, Meezan Ardhanu Asagabaldan, M.Si.

Tim Dr. Meezan Ardhanu Asagabaldan menginisiasi pengembangan Smart Fish Aggregating Device (SFAD) berbasis Lightfishing dan Bioakustik. Bagi masyarakat nelayan Fish Aggregating Device (FAD) disebut juga dengan rumpon, rumpon biasa digunakan oleh masyarakat nelayan untuk mengundang datangnya ikan ke suatu titik agar mudah untuk ditangkap oleh nelayan. Dr. Meezan bersama dengan tim menginisiasi pengembangan teknologi pada rumpon/FAD menjadi SFAD atau rumpon pintar.

“Prinsip kerja perangkat SFAD ini adalah dengan menggabungkan rumpon sebagai media penarik ikan untuk berkumpul dan mencari makan dengan perangkat bioakustik sebagai media penarik lumba-lumba untuk menghasilkan frekuensi suara. Perangkat ini juga akan dilengkapi dengan sensor berbasis Internet of Things (IoT) yang bisa memberikan berbagai macam informasi bagi masyarakat nelayan terkait keadaan cuaca di sekitar perangkat ini.” Sambung Dr. Meezan menjelaskan terkait prinsip kerja perangkat SFAD.

Kegiatan ini mendapatkan dukungan dari masyarakat kelompok nelayan Desa Kiluan Negeri yang diketuai oleh Pak Saiman serta dukungan dari masyarakat Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Desa Kiluan Negeri yang diketuai oleh Pak Riko Stefanus.

“Kami masyarakat Desa Kiluan Negeri merasa sangat antusias dan sangat terbantu oleh pengembangan teknologi SFAD yang dilakukan oleh Tim ITERA, kami berharap kedepan SFAD ini bisa bermanfaat baik bagi kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan maupun kegiatan pariwisata lumba-lumba di Desa Kiluan Negeri.” Ujar Pak Riko Ketua POKDARWIS Desa Kiluan Negeri.

Riko Stefanus, Ketua Pokdarwis Desa Kiluan Negeri

“Kami masyarakat nelayan dan Pokdarwis siap membantu Tim ITERA dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan “rumpon pintar” ini.” Ujar Pak Saiman menambahkan.

Saiman, Ketua masyarakat kelompok nelayan Desa Kiluan Negeri
Sesi diskusi bersama Pak Riko Stefanus dan Pak Saiman di Desa Kiluan Negeri.

Kegiatan yang di inisiasi oleh Dr. Meezan dan tim merupakan program hibah Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) 2022 yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBUDRISTEK).  Saat ini Dr. Meezan bersama tim sudah memulai pembuatan dan perakitan platform yang akan menjadi FAD/rumpon yang nantinya akan menjadi platform untuk pemasangan perangkat-perangkat pendukung dari SFAD ini bekerja sama dengan masyarakat nelayan di Desa Kiluan Negeri. Selain masyarakat nelayan tim Dr. Meezan juga terdiri dari beberapa orang dosen dan mahasiswa. Adapun dosen yang dilibatkan adalah Rizki Dimas Permana, S.Kel., M.Si. dan Budhi Agung Prasetyo, S.Pi., M.Si. yang juga dosen Program Studi Sains Lingkungan Kelautan ITERA. Selain itu ada juga Andika Setiawan, S.Kom., M.Cs. dosen Program Studi Teknik Informatika ITERA. Adapun mahasiswa yang ikut terlibat pada program ini ada dari Program Studi Sains Lingkungan Kelautan juga dari Program Studi Teknik Informatika ITERA.

Saat ini Dr. Meezan bersama tim sedang dalam tahap finalisasi perangkat berbasis Internet of Things (IoT) sebelum dipasang pada platform SFAD. Pengerjaan perangkat ini diharapkan akan selesai pada bulan Oktober sekaligus nanti Dr. Meezan bersama tim akan merilis SFAD ke tengah laut agar bisa bekerja sesuai dengan fungsinya. (BAP)

Leave a Reply